keluarkan satu kata pada mulut
depanmu akan tertawa terkekeh
terbahak hingga berdahak
bola yang memandang tajam
akan menusuk masuk mulut telingamu
terkena kah darah mu ?
dalam batin terpatri api berbara
membentuk lekukan tubuh mempesona
siapkan menerjang dalam peluh
berlarilah kejar dalam depan mu
ku kail kolam bara emosimu
semakin dalam ku tebar mangsa
puncakan kemarahan maha besar
berulang kau pertanyakan banyak
kesungguhan aku terjun ke dalam mu
lihat saja apa laku lalang terjang
dalam peluh dan peluh mu
setia menali tambang hati perih
relakan segala euphoria karbonasi
menggelut maut bersama sang 95
detik di pagi matahari menantang
mengajak peluh pertarung
dan angin kencang menerjang deru
satu pesan diterima dari namamu
selalu kau tanyakan keadaan bukan aku
layak mengejar layang di lapang
bermandikan gelisah di tengah mulut bercakap
mulut mulut tak pandai bicara benar
hanya satu menerang di depan tak di dengar
banyak belakang menerjang telinga segala penjuru
dan aku teguh pada pesan kegelishan paksa
kau memegang erat pondasiku
menambang pondasi kuat erat terikat
bawah kedalam bangunan ku
tak pernah seanginpun kau ijinkan singgah
lama terlama aku bersama mata
tetap menatap laku lakon panggung mu
segala bahasa ku tau gerakmu
dan aku mengetukkan palu meja sidangmu
aku memutuskan padamu tetap
jalankan 95 hanya dengan 5
perbandingan tak imbang memang
lihat saja lakuan ku gerak
cepat menembus papanmu
aku bersama 95 untuk atasku dan kamu
. . . . berlari mengejar panggung ku bersamamu
hari panggung disko berpeluh
datang tanpa yang kanan
hanya sebelah mata terlihat
dan kau . . . ?
tak seangin membawa kabar tentang mu
mulut bergerak mencari dirimu
mulut lain menyahut tak jelas
gemertak suara menyalak
diapun menjawab musibah padamu
darah menyayat kulit putihmu
dan lain lagi menyalak
'lumayan parah'
bayangkan tubuhmu bergelut dengan apsal
tanpa apapun dan hanya kain atasmu
bayangkan saja dan jangan bicara
kegelisahan peluh mata memuncak deras
kesakitan dalam kanan memesat terjang
tak pelak hujaman kepala memadu detak
kuburu nafasmu dalam segala
mematri kaku lurus lekuk dalam ku
hanya beberapa kata
kau tulis dalam pesan mu
dan aku akan tetap memegangmu
dalam darah meskipun ciut
tetap genggam tangan dan debu ku
0 komentar:
Posting Komentar